Tidak semua santri madin yang mengikuti ziarah wisata, Wisata ziarah ini dikhususkan untuk santri kelas IV yang beberapa waktu lalu selesai mengikuti UA MDTA, tujuannya adalah refreshing untuk melepaskan kepenatan setelah UA MDTA.
Selain itu dengan wisata ziarah ini, diharapkan santri, wali santri maupun asatidz senantiasa mengingat akan datangnya kematian sehingga selalu menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat nanti (banyak beramal sholeh). Wisata ziarah ini juga bertujuan agar santri mengenal para wali-wali Allah yang berjuang menyebarkan Agama Islam supaya dijadikan teladan dan berwasilah.
Berangkat dengan menggunakan Bis pukul 06.30 WIB, 30 menit kemudian rombongan telah sampai di tujuan wisata ziarah yang pertama yakni Makam Sunan Kalijaga (Kalijogo) Kadilangu Demak.
Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Mas Said ini adalah salah satu dari Wali Songo, dan di bulan-bulan menjelang Ramadhan akan banyak para peziarah yang datang ke makamnya di Kadilangu Demak, seperti kemarin (28/04/2018) saat rombongan santri dan asatidz Madin Tarbiyatul Athfal datang berziarah, terdapat ribuan peziarah yang datang, sehingga menyebabkan jalan masuk maupun keluar makam macet bahkan saling berdesak-desakan.
Selesai berziarah di Makam Sunan Kalijaga, rombongan santri dan asatidz Madin Tarbiyatul Athfal melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan ziarah yang kedua, dan setelah perjalan hampir 5 jam akhirnya rombongan sampai di Desa Paseban Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten, tepatnya di Komplek Makam Sunan Pandanaran (Sunan Bayat).
Sunan Bayat atau yang juga di kenal sebagai Sunan Pandanaran (II), SusuhanTembayat, Pangeran Mangkubumi, Ki Ageng Pandanaran atau Wahyu Hidayat adalah tokoh yang terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa.
Makamnya terletak di perbukitan Jabalkat Desa Paseban Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah, dan untuk mencapai makamnya untuk sampai kita harus mendaki sekitar 250 anak tangga. Untuk masuk ke tempat makam Sunan Bayat peziarah harus melewati pintu pendek, tujuannya supaya peziarah menunduk atau menjaga sopan santun dan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu saat masuk.
Setelah berziarah di makam Sunan Bayat, perjalanan pun berlanjut ke tempat tujuan selanjutnya yakni ke Parangtritis. Sebelum ke Pantai Parangtritis, rombongan berhenti untuk berziarah dulu ke salah satu makam waliyullah yang menyebarkan agama islam di kawasan Parangtritis yaitu Syekh Bela Belu dan adiknya Syekh Damiaking.
Meski begitu Syekh Bela Belu ketika beradu kesaktian dengan Syekh Maulana Magribi di perbukitan Parangtritis ternyata kalah, dan kemudian Syekh Bela Belu masuk Islam dan menjadi pengikut Syekh Maulana Magribi, dan kemudian bersama-sama berdakwah menyebarkan agama Islam di kawasan Pantai Selatan.
Setelah berziarah di makam Syekh Bela Belu, perjalanan berlanjut ke Pantai Parangtritis meskipun waktu sudah menunjukkan Pkl. 20.00 WIB, namun demi santri-santri yang sudah dijanjikan akan di ajak ke Pantai Parangtritis ya harus dipenuhi, meski hanya sekedar bisa memandang deburan ombak dari kejauhan ☺
Setelah di Parangtritis, rombongan wisata ziarah pun pulang kembali ke Demak, meski masih ada satu tujuan lagi yakni ke Gunung Tidar untuk berziarah ke makam Syekh Subakir, namun karena kendala waktu terpaksa dibatalkan, dan para santri maupun asatidz berharap bisa berziarah lagi tahun depan khususnya ke Gunung Tidar. Aamiin...
0 Komentar
Tambahkan Komentar Anda
EmoticonEmoticon